Monumen Bajra Sandhi adalah monumen perjuangan rakyat Bali yang terletak di Renon, Denpasar, Bali. Museum ini dibangun di atas tanah seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 70 x 70 meter. Ada beberapa lapangan bola di sekelilingnya.
Monumen Bajra Sandhi merupakan
Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk
memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang pesemaian
pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan
dari zaman ke zaman serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak
tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung
monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.
Lokasi monumen
ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali yang
juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di
Lapangan Puputan Renon.
Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat
Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa guna
mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra
atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi
pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu.
Monumen ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh
Presiden Megawati Sukarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003. Tujuan
pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan semangat
perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan
serta melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus
sebagai modal melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan
tantangan dan hambatan
Gagasan dari pembangunan monumen ini dicetuskan oleh Dr. Ida Bagus
Mantra pada tahun 1980 saat beliau menjabat sebagai Gubernur Bali. Di
masa itu, ia memperoleh gagasan untuk membuat suatu tempat khusus dimana
rakyat dapat mengenang perjuangan gigih rakyat Bali saat mengusir
penjajahan Belanda dari pulau tercinta ini. Untuk itu, sebuah kompetisi
rancangan monumen diselenggarakan untuk memilih arsitektur terbaik pada
tahun 1981. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh seorang Mahasiswa
Fakultas Teknik Universitas Udayana bernama Ida Bagus Yadnya. Seteah
itu, pada tahun 1981, pembangunan tersebut dilaksanakan dan memakan
waktu selama 13 tahun. Pada tahun 2001, Pembangunannya pun rampung dan
di tahun selanjutnya, sebuah diorama dan tata lingkungan ditambahkan
pada museum tersebut. Pada bulan September 2002, Dekrit Gubernur Bali
tentang pengelolaan monumen diimplementasikan. Dan pada bulan Juni 2003,
monumen tersebut diresmikan oleh Ibu Presiden Megawati Sekarnoputri.
Lalu akhirnya, pada 1 Agustus 2004, Monumen Perjuangan Rakyat Bali
dibuka untuk umum
Adapun
bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai berikut :
- Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Giri Mandara.
- Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.
- Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali dalm pemutaran Giri Mandara.
- Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul
dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri
Mandara.
- Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari
Lautan Susu yang mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air
Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.
Visi dan Misi Museum Bajra Sandi
a. Visi
Terwujudnya kelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan
kejuangan dalam mendukung pelestarian dan pengembangan budaya.
b. Misi
- Melestarikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan
budaya berupa berupa nilai-nilai kepahlawana, keperintisan, dan
kejuangan khusunya di hati generasi muda penerus bangsa.
- Melaksanakan kajian-kajian ilmiah tonggak-tonggak sejarah perjuangan rakyat Bali.
Secara horizontal, museum ini menggunakan konsep Tri Mandala, yaitu:
1. Utama Mandala, yaitu bagian gedung utama yang paling megah.
2. Madya Mandala, yaitu pelataran yang mengitari Utama Mandala.
3. Nista Mandala, yaitu pelataran paling luar yang mengitari Madya Mandala.
Secara vertikal, museum ini mengadopsi konsep Tri Angga, meliputi:
- Utamaning Utama Mandala, yaitu lantai teratas gedung, dan digunakan
sebagai Ruang Peninjauan. Dari sini kita dapat melihat suasana di
sekitar gedung dengan jelas. Untuk mencapai tempat ini kita harus
menaiki tangga melingkar yang cukup tinggi.
- Madyaning Utama Mandala, yaitu lantai dua gedung, digunakan sebagai
Ruang Stage Diorama. Di ruang ini kita dapat melihat 33 diorama yang
menampilkan sejarah perkembangan dan pergerakan rakyat Bali dari masa ke
masa. Selain diorama, ada juga keris
- Nistaning Utama mandala, merupakan lantai dasar gedung ini. Di sini
ada berbagai ruangan, meliputi Ruang Informasi, Ruang Administrasi,
Ruang Pameran yang menampilkan foto-foto pahlawan dan peristiwa di Bali,
Ruang Perpustakaan yang berisi buku-buku yang berkaitan dengan sejarah
Bali, dan Ruang Rapat serta toilet.
 |
Kura - Kura sisi belakang |
 |
Kura - Kura sisi belakang |
 |
Kura - Kura sisi depan |
 |
Relief Kura - Kura |
 |
Relief Kura - Kura |
Di lantai dasar dapat juga dijumpai
telaga yang berada di dasar bagian tengah gedung, dinamakan Puser Tasik.
Di telaga ini terdapat delapan Tiang Agung. Di tengah kolam terdapat
tangga yang menghubungkan lantai dasar sampai lantai teratas, dinamakan
Tangga Tapak Dara.
Di bagian luar gedung ini, kita dapat melihat Bale
Bengong di keempat penjuru museum untuk peristirahatan para wisatawan.
Selain itu, di bawah tangga masuk juga terdapat kolam berisi ikan hias.
Di bagian paling luar, terdapat lapangan yang bisa digunakan untuk lari
pagi.
 |
Telaga Puser Tasik |
 |
Tangga Tapak Dara |
Beberapa dari diorama tersebut mengisahkan kisah kepahlawanan Bali
seperti kisah perang Jagaraga di Buleleng, Perang puputan Badung, dan
perang Puputan Klungkung. Tidak hanya itu, beberapa diorama juga
mengisahkan sepak terjang rakyat Bali saat melindungi kemerdekaan
nasional setelah proklamasi Indonesia pada tahun 1945. Misalnya, perang
di Pelabuhan Buleleng, Pelang di Selat Bali, sampai perang Puputan
Margarana yang terkenal di bawah pimpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah
Rai.
 |
Diorama |
 |
Diorama |
 |
Diorama |
Museum ini dibuka setiap hari pukul 08.30-17.00
WITA, terkecuali hari besar Agama di Bali. Untuk masuk Anda harus
membayar tiket masuk sebesar Rp 2.000,00 per orang untuk orang dewasa
dan Rp 1.000,00 per orang untuk pengunjung anak-anak.
Source : wikipedia, arisudev, balitour
All pic are taken by UPW Sahid Solo student, that's real from the object at 27 April 2014