Sabtu, 03 Mei 2014

Bajrasandi Museum


Monumen Bajra Sandhi adalah monumen perjuangan rakyat Bali yang terletak di Renon, Denpasar, Bali. Museum ini dibangun di atas tanah seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 70 x 70 meter. Ada beberapa lapangan bola di sekelilingnya.

Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para pahlawan serta merupakan lambang pesemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke generasi dan dari zaman ke zaman serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter.

Lokasi monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali yang juga di depan Gedung DPRD Provinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon.

Bentuk museum ini diambil berdasarkan cerita Hindu pada saat Pemutaran Gunung Giri Mandara oleh Para Dewa dan Raksasa guna mendapatkan Tirta Amertha atau Air Suci Kehidupan.
Dinamakan Museum Bajra Sandi karena bentuk museum ini seperti Bajra atau Genta yang dipakai oleh para pemimpin Agama Hindu dalam mengiringi pengucapan japa mantra pada saat melakukan upacara Agama Hindu.
Monumen ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri pada tanggal 14 Juni 2003. Tujuan pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan semangat perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal melangkah maju menapak dunia yang semakin sarat dengan tantangan dan hambatan

Gagasan dari pembangunan monumen ini dicetuskan oleh Dr. Ida Bagus Mantra pada tahun 1980 saat beliau menjabat sebagai Gubernur Bali. Di masa itu, ia memperoleh gagasan untuk membuat suatu tempat khusus dimana rakyat dapat mengenang perjuangan gigih rakyat Bali saat mengusir penjajahan Belanda dari pulau tercinta ini. Untuk itu, sebuah kompetisi rancangan monumen diselenggarakan untuk memilih arsitektur terbaik pada tahun 1981. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh seorang Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Udayana bernama Ida Bagus Yadnya. Seteah itu, pada tahun 1981, pembangunan tersebut dilaksanakan dan memakan waktu selama 13 tahun. Pada tahun 2001, Pembangunannya pun rampung dan di tahun selanjutnya, sebuah diorama dan tata lingkungan ditambahkan pada museum tersebut. Pada bulan September 2002, Dekrit Gubernur Bali tentang pengelolaan monumen diimplementasikan. Dan pada bulan Juni 2003, monumen tersebut diresmikan oleh Ibu Presiden Megawati Sekarnoputri. Lalu akhirnya, pada 1 Agustus 2004, Monumen Perjuangan Rakyat Bali dibuka untuk umum

Adapun bagian-bagian yang penting dalam museum ini adalah sebagai berikut :
  • Bangunan Museum yang menjulang melambangkan Gunung Giri Mandara.
  • Guci Amertha dilambangkan dalam bentuk Kumba (periuk) tepat bagian atas museum.
  • Naga yang melilit museum melambangkan Naga Basuki yang digunakan sebagai tali dalm pemutaran Giri Mandara.
  • Kura-kura yang terdapat di bagian bawah museum merupakan simbul dari Bedawang Akupa yang digunakan sebagai alas pemutaran Giri Mandara.
  • Kolam yang terdapat disekeliling museum merupakan simbul dari Lautan Susu yang mengelilingi Giri Mandara tempat beradanya Air Suci Kehidupan atau Tirtha Amertha.
Visi dan Misi Museum Bajra Sandi
a.       Visi
Terwujudnya kelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kejuangan dalam mendukung pelestarian dan pengembangan budaya.
b.      Misi
  • Melestarikan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap warisan budaya berupa berupa nilai-nilai kepahlawana, keperintisan, dan kejuangan khusunya di hati generasi muda penerus bangsa.
  • Melaksanakan kajian-kajian ilmiah tonggak-tonggak sejarah perjuangan rakyat Bali.
Madya Mandala
Secara horizontal, museum ini menggunakan konsep Tri Mandala, yaitu:
1. Utama Mandala, yaitu bagian gedung utama yang paling megah.
2. Madya Mandala, yaitu pelataran yang mengitari Utama Mandala.
3. Nista Mandala, yaitu pelataran paling luar yang mengitari Madya Mandala.

Secara vertikal, museum ini mengadopsi konsep Tri Angga, meliputi:
  1. Utamaning Utama Mandala, yaitu lantai teratas gedung, dan digunakan sebagai Ruang Peninjauan. Dari sini kita dapat melihat suasana di sekitar gedung dengan jelas. Untuk mencapai tempat ini kita harus menaiki tangga melingkar yang cukup tinggi.
  2. Madyaning Utama Mandala, yaitu lantai dua gedung, digunakan sebagai Ruang Stage Diorama. Di ruang ini kita dapat melihat 33 diorama yang menampilkan sejarah perkembangan dan pergerakan rakyat Bali dari masa ke masa. Selain diorama, ada juga keris
  3. Nistaning Utama mandala, merupakan lantai dasar gedung ini. Di sini ada berbagai ruangan, meliputi Ruang Informasi, Ruang Administrasi, Ruang Pameran yang menampilkan foto-foto pahlawan dan peristiwa di Bali, Ruang Perpustakaan yang berisi buku-buku yang berkaitan dengan sejarah Bali, dan Ruang Rapat serta toilet.
Kura - Kura sisi belakang
Kura - Kura sisi belakang

Kura - Kura sisi depan

Relief Kura - Kura

Relief Kura - Kura
Di lantai dasar dapat juga dijumpai telaga yang berada di dasar bagian tengah gedung, dinamakan Puser Tasik. Di telaga ini terdapat delapan Tiang Agung. Di tengah kolam terdapat tangga yang menghubungkan lantai dasar sampai lantai teratas, dinamakan Tangga Tapak Dara.

Di bagian luar gedung ini, kita dapat melihat Bale Bengong di keempat penjuru museum untuk peristirahatan para wisatawan. Selain itu, di bawah tangga masuk juga terdapat kolam berisi ikan hias. Di bagian paling luar, terdapat lapangan yang bisa digunakan untuk lari pagi.

Telaga Puser Tasik
Tangga Tapak Dara


Beberapa dari diorama tersebut mengisahkan kisah kepahlawanan Bali seperti kisah perang Jagaraga di Buleleng, Perang puputan Badung, dan perang Puputan Klungkung. Tidak hanya itu, beberapa diorama juga mengisahkan sepak terjang rakyat Bali saat melindungi kemerdekaan nasional setelah proklamasi Indonesia pada tahun 1945. Misalnya, perang di Pelabuhan Buleleng, Pelang di Selat Bali, sampai perang Puputan Margarana yang terkenal di bawah pimpinan Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai.
Diorama
Diorama
Diorama
Museum ini dibuka setiap hari pukul 08.30-17.00 WITA, terkecuali hari besar Agama di Bali. Untuk masuk Anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp 2.000,00 per orang untuk orang dewasa dan Rp 1.000,00 per orang untuk pengunjung anak-anak.






Source : wikipedia, arisudev, balitour
All pic are taken by UPW Sahid Solo student, that's real from the object at 27 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar